“ Bogoor..! “
“ Bogoor..! “
“ Bogoor..! “ Teriak kenek-man kepada calon penumpang.
Kepenatan membawaku sampai ke terminal Leuwi Panjang Bandung ini ditemani sang ayah yang setia mengantarku sampai keberangkatan. Baru kali ini aku pergi ke Bogor sendirian dengan menggunakan bis kota, tidak seperti rute Bandung - Jakarta menggunakan shuttle yang sudah sangat biasa.
Sambil memperhatikan muka bis yang sedikit berbeda satu sama lain, ada kenek mendekatiku dan bertanya
“ Mau kemana neng? “
“ Bogor A ”
“ Mau yang AC atau yang biasa? “
“ AC A “
“ Yang ini neng (sambil menunjuk bis yang ada tulisan AC nya) masuk aja neng “
Akhirnya aku menaiki bis sekaligus perpisahan dengan sang ayah, tidak lupa dia menyelipkan beberapa lembar rupiah untuk memastikan aku baik – baik saja. Dia juga mengingatkanku untuk segera mengabarinya jika sudah jalan pulang, sehingga dia bisa segera menjemput.
“ Iya pa.. Pergi dulu yaaa, daaah “
Tak lama bis pun berangkat, sambil melihat ke jendela ku melambaikan tangan.
Disampingku, duduk seorang wanita dengan seragam angkatan darat, tampaknya wanita ini tidak dapat diajak bersosialisasi, karena dia terlalu sibuk melihat layar handphonenya, bahkan untuk melihat mukaku pun sepertinya tidak sempat.
Tentang tujuanku ke kota hujan ini adalah mengunjungi seorang teman SMA yang berkuliah di IPB, yah dia mengajakku untuk menengoknya disana, karena aku belum pernah sengaja bermain- main disana, akupun tertarik, tetapi tidak menginap, jadi pulang pergi hanya dalam satu hari.
Ketertarikanku bukan tanpa sebab, ada rangkaian teorinya :
kebosananku memuncak -> butuh sedikit liburan -> sedikit kenekatan -> cukup ongkos = Go, lets go.
Dengan bekal makanan seadanya, aku mengambil kue biskuat milik keponakanku dan root beer di kulkas, mereka menemani perjalananku.
Rute ke arah Bogor cukup ramai tapi untungnya tidak menimbulkan kemacetan, dan ternyata hari ini bertepatan dengan konser H-1 Justin Bieber di Sentul.
Setelah hampir 3 jam di bis, akhirnya ku hampir sampai di terminal Baranangsiang Bogor, dan langsung menelepon temanku untuk datang menjemput.
Setelah benar – benar sampai terminal, aku membaca pesan temanku yang isinya,
‘ Ta, maap ini masih dijalan, kayanya telat, km maen ke Botani Square aja dulu, dari terminal tinggal nyebrang ‘
Sungguh ku sangat asing dengan pemandangan di Bogor ini, tepat diterminal aku turun tidak ada tanda – tanda jalan raya, dan aku hanya mengikuti arus penumpang dan anti bertanya ke sembarang orang.
Sampai ada kantor polisi aku bertanya pada polisi dimana botani square berada, katanya aku harus berjalan sekitar 200 meteran lagi lalu nyebrang di jembatan penyebrangan, dari sini baru kelihatan kubahnya.
Sangat kontras dengan keterangan temanku yang bilang, ‘ nyampe terminal tinggal nyebrang udah nyampe Botani ‘
Saat berjalan, terasa sekali kalau merantau itu berat juga.. hha. Dan jujur aku tidak suka jembatan penyebrangan, karena kalau meihat pijakannya ada yang bolong – bolong membuatku agak paranoid, akhirnya saat lalu lintas sepi ku langsung melengos nyebrang di aspal.
Sampai di Botani square yang ternyata mall, dan menunggu 15 menit (sudah sempet ngemil bread talk juga) temanku pun datang, kukira ia membawa motor atau diantar oleh teman lainnya, ternyata ia menggunakan angkot, sehingga pantas saja kalau agak ngaret.
Tujuan pertama kita adalah makan siang, karena waktu sudah menunjukkan pukul 13.00. Disini ia baru mengatakan kalau ia janjian juga dengan pacar barunya, yang akan dikenalkan padaku.
Rasanya menelan ludah pun agak seret, karena kukira kita bersenang – senang hanya berdua, ohh teganyaa.. (lebay mode: on)
“ Iya, dia tau jalan, soalnya aku kurang tau angkot daerah sini “ lanjut temanku yang baik hati.
Tak lama pacarnya pun datang, saat keluar mall cuaca berubah hujan, maklum namanya juga kota hujan, dan untungnya dalam setiap trip perlengkapan seperti payung slalu aku bawa.
Singkat cerita aku dibawa ke sebuah cafe yang katanya makanannya cukup enak. Yah memang setelah dicoba, rasanya cukup enak.
Setelah makan dan bertukar cerita kita bingung dengan tujuan selanjutnya, lalu pacarnya temanku merekomendasikan es goreng, yang letaknya masih di dekat terminal.
“ Hayook, lanjut.. “ kataku sekaligus menyetujui rekomendasinya.
Sesampainya disana, aku pesan es goreng campur brownies yang rasanya cukup enak, tapi porsinya kurang banyak.
Tujuan selanjutnya masih tentang kuliner kota Bogor, aku diajak mencicipi es bubur buah. Kalau di Bandung ada sop buah yang diberi susu, kalau di Bogor ada bubur buah yang menggunakan yogurt. Rasanya sangat segar tapi sayang aku sudah kenyang sehingga kita hanya memesan satu porsi untuk dimakan bersama.
Hari mulai sore dan aku harus kembali ke terminal untuk pulang, aku sangat senang dan terhibur berkuliner dengan mereka. Sampai di terminal aku langsung pamit dan menaiki bis yang bertuliskan Bogor – Bandung.
Aku naik dan mencari tempat duduk kosong, di baris ketiga ada seorang cowok yang terlihat seumuran. Aku menatapnya, dia menatapku, mungkin ada sepersekian detik kami saling bertatapan, dan aku langsung melihat bangku yang kosong disampingnya, sehingga memberi tanda bahwa - aku- mau – duduk – disini. Ini bukan tersanjung 7, tapi kalau di film ini saatnya diberi efek slow motion.
“ Neng, neng, permisi dulu, ini si ibu mau pindah tempat duduk. “ Belum sempat ku duduk, tiba – tiba bapak semi kenek menggusurku.
Ternyata ada 2 orang ibu – ibu yang membawa banyak bawaan protes, karena layout kursi bis itu 2 dikiri 2 dikanan dan di tempat duduk area depan tinggal sisa 1 bangku saja disetiap baris yang kosong, dan mereka enggan dipisah duduknya.
Sebagai solusinya, semi kenek memindahkan bapak - bapak yang duduk sendiri ke sebelah kursi cowok yang akan kududuki tadi.
Naas memang, berarti aku harus mencari tempat duduk lain tanpa terlihat kecewa dihadapan cowok tadi.
Ternyata tempat duduk dekat jendela sudah penuh semua, tinggal tersisa baris paling belakang yang masih kosong full 2 tempat duduk.
Aku langsung duduk dan berdoa semoga tidak ada orang yang duduk disampingku.
Suara mesin dinyalakan sudah terdengar, aku melambaikan tangan pada sepasang temanku sambil tersenyum.
“ Bugg “ suara seseorang duduk disebelahku, dari seragamnya sudah terlihat bahwa dia tentara.
Saat ku lihat kedepan kulihat cowo di baris ketiga tadi melrik kebelakang sambil pandangan mencari, kepercayaan diriku mengatakan kalau dia mencariku. Yaaah, tapi apa daya, kunyalakan Mp3 playerku dengan menggunakan headphone.
Lewat 4 lagu, kudengar samar – samar suara dari samping, ternyata si tentara mengajakku ngobrol.
“ Mau pulang atau pergi mbak? “
“ Iya pulang “ jawabku singkat sambil melepas headphone.
“ Emang mau kemana di Bogor? “ tanyanya basa basi.
“ Maen ajaa”
Karena kutunggu tidak ada pertanyaan ke tiga, kupasang lagi headphone ke telingaku.
“ Masih sekolah atau sudah kerja mbak? “ lanjut si tentara
“ Haaah? (tidak terdengar) Oh udah kerja “ jawabku ngasal sambil melepas headphone.
Kutunggu, dan tidak ada pertanyaan selanjutnya, maka kupasang headphone kembali, dan seperti dugaanku, setiap baru kupasang headphone, dia baru mulai bertanya lagi.
Karena sedikit kesal, maka aku balik bertanya,
“ Oh iya mas, kalau tentara itu sehari – harinya ngapain aja? “
“ Yah kalau punya keahlian sih enak mbak, bisa maen bola, kalau enggak ya bersih –bersih barak “
“ Haah! Maen bola sepak bola? “ Tanyaku heran.
“ Iya, kalau ada pimpinan dari pusat datang, pasti kita sibuk mempersiapkannya “ kata tentara tanpa dosa.
Sebenarnya jawaban yang aku tunggu itu adalah, dia menyelamatkan negara, menyiapkan strategi, mengamankan persatuan dan kesatuan negeri, BUKAN MAEN BOLA...!!
“ Oohh, iya – iya “ jawabku speechless.
Malam ini gerimis dan AC bis membuatku beku. Singkat kata, kami cukup banyak ngobrol dan aku cukup mengulik tentang sisi ketentaraannya.
Sampai di Tol pasteur, dia siap – siap turun. Sebelum angkat kaki dia menanyakan hal terakhir,
“ Oia mbak, belum kenalan, siapa namanya? “ Ternyata dari tadi kami memang belum berkenalan.
Alhamdulillah aku sampai juga di terminal, walau handphone low batt, tapi saat di tol tadi ku sempat mengabari ayahku.
Penumpang berbaris menuruni bis, karena posisiku paling belakang, maka aku baris kedua paling belakang sebelum 1 orang lagi dibelakangku, di sela – sela aku sempat mencari keberadaan cowok yang tadi, dan saat hampir melintasi baris ketiga, ternyata ia masih duduk dibangkunya. Saat aku berada sejajar dengannya, dia langsung berdiri dan mengambil barisan TEPAT dibelakangku.
Aku sangat ingin mengajaknya ngobrol, tapi kapaaan..?!!
Baru saja ku turun dari bis, dan mencari kesempatan untuk berbincang dengannya, tiba – tiba ada tangan yang menarikku keluar dari kerumunan penumpang, ternyata ayahku dengan membawa payung yang menarikku dan sayangnya kenapa harus disaat waktunya tidak tepat.
Sambil masuk mobil kuterus melihat ke arah bis yang sudah menyepi. Tibaku dirumah pukul 11 malam dan perasaan senang yang tadi kurasakan berubah menjadi perasaan mengganjal.