Tatapan menghakimi itu mengiringi setiap langkahku, dimalam yang harusnya syahdu.
12 malam tampaknya tidak terlalu larut untuk aktivitas penduduk pinggiran kota yang ingin bermain catur atau sekedar meneguk kopi.
Ku turun dari angkutan yang sudah tak mampu lagi melewati ukuran jalan dimana aku sementara tinggal,
dan sayangnya mereka tidak mengerti adanya profesi baik - baik saja di jam - jam larut ini.
Berhari - hari ku harus lalui, dan mata - mata itu sudah seperti hiasan lampu jalanan, sungguh ku tak peduli, ku terlalu lelah untuk peduli.