Pengikut

Sabtu, 13 April 2013

Live High - Part - 3

Tepat pukul 8 malam, aku mulai bersiap – siap untuk pulang, rasanya pundak ini sangat berat.

“ Nel, udah mau pulang yah? “ tanya Marcus.


“ Eh iya nih, udah beres buat hari ini. “


“ Nel, sorry ya jadi ngebebanin lo sama kerjaan gue. “ Marcus mendekat.


“ Ah, enggak kok, nyantai aja. “


“ Lo pulang naik apa? “ tanya Marcus.


“ Naik taxi soalnya udah malem, kalo siang sih jalan juga bisa. “


“ Bareng gue aja yuk? “


“ Hah, kontrakan gue deket, rumah lo kan jauh. “ jawabku mulai merasa aneh.


“ Ya, nggak apa – apa, mau nggak? Gue siap – siap nih. “


“ Oh boleh – boleh, kalau nggak ngerepotin yah. “


“ Siaapp. “


Tampak Marcus bergegas membereskan berkas pekerjaannya, dan segera mengambil tas berisi laptopnya.


Marcus membuka kunci mobilnya, dan membukakan pintu di sampingnya untukku.


“ Nel, lo kalau pulang suka makan lagi nggak? “


“ Suka, biasanya gue beli nasi goreng deket kontrakan. “


“ Dinner bareng yuk? gue traktir, anggep aja ini ucapan terima kasih gue. “


Sepertinya aku tau kemana arah pembicaraan ini, dan karena aku pun sedang suntuk, sepertinya ini menjadi pilihan yang tepat “ Hmm, boleh, ajak gue ke makanan yang enak – enak yah, di Bandung ini dimana? “


“ Wah, banyak banget, dari yang murah sampe yang mahal juga ada, hahaaa. “ Jawab Marcus senang.

Setelah kurang lebih setengah jam perjalanan, mobil Marcus sampai ke tempat yang dinamakan Dago Plaza, ada beberapa pilihan makanan disitu.

“ Tempat ini dulunya nggak seperti ini Nel, kebanyakan anak muda cuma nongkrong – nongkrong aja, tapi karena peluang bisnis, jadi banyak cafe disini. “


“ Terus semenjank ada cafe, anak mudanya pada pergi? “


“ Yang cuma mau nongkrong tanpa mau keluar duit sih iya, hahaaa.. Oh iya lo mau pesen apa? “


“ Sop buntut kayanya enak. “


“ Yaudah gue juga sama, minumnya apa? “


“ Lemonade. “


“ Hmm, oke. “ Marcus langsung melambaikan tangannya ke waiter terdekat.


Kami menghabiskan pembicaraan tentang pengalaman – pengalaman sambil menghabiskan makan malam, disini ia banyak menceritakan tentang event – event yang pernah digarap dan bagaimana karakter para staff lain, begitu pula aku yang bercerita tentang pengalaman kerja sebelumnya.


“ Nel, lo berani juga ya, resign dari pekerjaan kantoran dan sekarang masih belum jelas mau kemana. “


Aku tersenyum simpul “ Sebenarnya kita nggak akan pernah tau suatu hal yang baru, kalau kita nggak pernah atau nggak berani untuk nyoba. “


tobecontinued..


Minggu, 10 Februari 2013

objectivity

sudah lama tidak bersua, jari - jari ini kaku karena tidak dibebaskan membentuk maksud hati.
sebuah pena tertawa, berimajinasi pun tak bisa, bahkan lengkungan - lengkungan cerita itu tidak kunjung bertepi. 

Aku ingin mengutarakan pikiran pendek ini, mengenai objektifitas diri.
dia mencari tempat tertinggi, terkadang terlalu tinggi.
tempat yang seharusnya dijadikan pijakan sementara, malah terlintas tanpa berhenti.
Dia lelah diatas sana, menunggu sosok diri yang tak kunjung ikut serta dalam peningkatannya.

Apa yang orang lain mau ributkan, sesuatu hal yang belum tentu sama dengan hasil karya masing - masing kepala.
Mereka dapat membuatnya terjatuh, terluka, bahkan hancur.
Apa yang perlu di pertanyakan, sebuah hal yang hanya mencari porsi paling hakiki yang ingin dimiliki semua orang

Hanya hati yang kokoh mampu menepis segala terjang menguji.
Hanya hati yang bersih yang dapat menyeimbangkan takaran melayang tinggi.
Hanya bila dihati ada tempat orang lain untuk bertepi.
dan sosok diri ini akan tenang..

" good things come to those who believe that life is beautiful "
" keep on dreaming "