Dia meneleponku beberapa kali, namun karena masih mengantuk, tak aku hiraukan suara handphoneku, sampai akhirnya ia mengetuk langsung pintu kamarku.
" Ke pantai yuuk? " ajaknya setelah kubukakan pintu.
" Sorry, aku nggak ikut yah, masih ngantuk. "
" Ohh, ya udah nggak apa - apa, tidur lagi gih. "
Dia pun pergi sendirian, tanpa sempat ku perhatikan raut mukanya.
Kupikirkan lagi ajakannya sambil tiduran, ada benarnya juga, kapan lagi aku bisa melihat sunrise di Gili, tapi yang membuatku berfikir lagi adalah aku ingin menemaninya melihat sunset.
Serentak tubuhku bangun dan langsung ke kamar mandi, dan siap – siap ke arah pantai.
Aku belum sempat meneleponnya, karena aku berpacu dengan waktu sunrise. Saat sudah setengah ke pantai, aku baru meneleponnya.
“ Kamu dimana? “ sambil tergopoh – gopoh berjalan cepat.
“ Hmm, kamu ke pantai? “ jawabnya pelan.“ Iya, aku lagi jalan ke pantai nih, kamu dimana? “
“ Sebenarnya saya di penginapan, saya kesana sekarang ya. “
“ Lho, nggak jadi liat sunrise? “
“ Tadi udah sempat ke pantai tapi cuaca mendung, jadi saya balik lagi, tapi ini saya mau jalan ke pantai lagi kok. “
“ Oh gitu, ya udah aku tunggu ya. “
Jalanku yang semula terburu – buru mendadak menjadi pelan sekali, aku sudah sampai di bibir pantai yang tampak sepi, jam 6:45 memang sudah terlambat untuk melihat sunrise, tapi langit tidak pula bercahaya.
Aku tidak terlalu memperdulikan gagalnya melihat sunrise, tujuan utamaku kesini memang untuk menemani dia.
Tidak lama dia pun datang dan menjelaskan sekali lagi mengapa ia ada di penginapannya.
“ Tadi saya sudah kesini, malah sudah bawa tripot untuk motret sunrise, tapi mendung, jadi saya balik lagi, kirain kamu nggak mau kesini. “
“ Iya tadinya nggak akan kesini, tapi dipikir – pikir sayang juga kalau nggak sempet liat sunrise. “ Jawabku masuk akal.
.....