Sekitar 2 tahun lalu saya sempat berbincang dengan beberapa teman wanita yang tanpa dirasa sepertinya hampir dari A sampai Z dibahas, pokok'e penting ngga penting juga diobrolin aja daaaah..
Di sela - sela perbincangan pastinya kita mulai membicarakan tentang pria / cowok / laki - laki atau lekong, apapun itu istilahnya, sampai salah satu teman saya nyeletuk " kalian rencananya mau nikah kapan niih? "
hhmm.. such a goddammit question.. -__-
Lalu satu - persatu teman saya mulai menjawab, dan disini jawabannya bukan hanya tanggal/bulan/tahun saja, tetapi melebar ke arah dengan siapa/ syaratnya apa saja, sampai konsep wedding yang detail.. dalam hati "bussyeeeeet dah, udah pada mau nikah aja nih.."
" Yah kalo gue sih, pengennya si pacar udah kerja dulu, terus nikah deh, emangnya mau apa lagi.. " kata salah satu teman saya yang sudah menjalin hubungan lebih dari satu tahun.
Another friend said " pacar gue ngga bisa di harepin, cakep sih tapi kuliah aja masih ugal - ugalan, kerjaanya main game, nanti kalo nikah, gue mau dikasih makan apa? makan cinta? apa gue putusin aja, terus cari lagi yang biasa aja tapi tajir deh. "
Teman saya yang ke tiga, hanya menyebutkan rentan umur untuk menikah dan tempat honeymoon, ini dikarenakan dia belum punya pacar.
Dan saya menjadi orang terakhir yang menjawab sekaligus yang paling membuat mereka sedikit melotot " kalo gue, malah ngga tau nikah apa ngga. "
hahaa.. sebenarnya klise saja mengapa saya menjawab seperti itu, yang pertama mungkin karena saya baru putus ( sebenarnya sudah hampir sebulan :p ), saya belum pernah menjalin hubungan bertahun - tahun, dan saya masih mengharapkan seseorang yang sekarang sudah punya perempuannya untuk menjadi 'husband of mine'.
Teman saya tadi sudah nyeletuk langsung nyeletuk untuk yang kedua kalinya, " gile lo, ya nikah laah, masa ngga "
- - - - - -
Baiklah, saya menikah karena saya masih 'normal' ,karena saya masih punya impian untuk bertangga rumah. ( berkeluarga )
Tapi saya ingin menyikapi beberapa jawaban teman - teman saya di atas, yang mengatakan akan segera menikah hanya bila sang pacar sudah bekerja, karena mau apa lagi.
Hey! ini pernyataan yang terlalu simpel untuk jaman yang sama sekali tidak ada simpel - simpelnya.
Bukankah yang harus dipikirkan adalah keadaan setelah menikah, apakah gaji yang diterima cukup untuk menghidupi lebih dari satu jiwa, apakah komitmen yang dipunya sudah cukup untuk selalu bersama?
Pernyataan kedua rasanya paling sering saya dengar, lebih memilih pria dengan tampang biasa saja, tapi mapan dan materi berlebih.
Kenapa saya membedakan antara mapan dan materi lebih!, karena menurut saya memang sangat berbeda.
Saya sangat suka dengan pria mapan, karena pria ini bisa berpikir untuk membuat keputusan mana yang baik untuk dia dan orang disekelilingnya, dan mana yang tidak.
'setelah menikah mau dikasih makan apa?' lanjut teman saya. Saya sedikit heran dengan pernyataan ini, memangnya kita para wanita menikah untuk minta makan?!. tapi saya menghargai pendapat hukum alam.
Sebenarnya masih ada tipe lain, yaitu " had an AFFAIR ", tapi entah kenapa saya enggan membahasnya, cukup dirasakan diam - diam saja. :p. Dan pada akhirnya semua kembali pada pendapat masing - masing.
Cheers :)
Di sela - sela perbincangan pastinya kita mulai membicarakan tentang pria / cowok / laki - laki atau lekong, apapun itu istilahnya, sampai salah satu teman saya nyeletuk " kalian rencananya mau nikah kapan niih? "
hhmm.. such a goddammit question.. -__-
Lalu satu - persatu teman saya mulai menjawab, dan disini jawabannya bukan hanya tanggal/bulan/tahun saja, tetapi melebar ke arah dengan siapa/ syaratnya apa saja, sampai konsep wedding yang detail.. dalam hati "bussyeeeeet dah, udah pada mau nikah aja nih.."
" Yah kalo gue sih, pengennya si pacar udah kerja dulu, terus nikah deh, emangnya mau apa lagi.. " kata salah satu teman saya yang sudah menjalin hubungan lebih dari satu tahun.
Another friend said " pacar gue ngga bisa di harepin, cakep sih tapi kuliah aja masih ugal - ugalan, kerjaanya main game, nanti kalo nikah, gue mau dikasih makan apa? makan cinta? apa gue putusin aja, terus cari lagi yang biasa aja tapi tajir deh. "
Teman saya yang ke tiga, hanya menyebutkan rentan umur untuk menikah dan tempat honeymoon, ini dikarenakan dia belum punya pacar.
Dan saya menjadi orang terakhir yang menjawab sekaligus yang paling membuat mereka sedikit melotot " kalo gue, malah ngga tau nikah apa ngga. "
hahaa.. sebenarnya klise saja mengapa saya menjawab seperti itu, yang pertama mungkin karena saya baru putus ( sebenarnya sudah hampir sebulan :p ), saya belum pernah menjalin hubungan bertahun - tahun, dan saya masih mengharapkan seseorang yang sekarang sudah punya perempuannya untuk menjadi 'husband of mine'.
Teman saya tadi sudah nyeletuk langsung nyeletuk untuk yang kedua kalinya, " gile lo, ya nikah laah, masa ngga "
- - - - - -
Baiklah, saya menikah karena saya masih 'normal' ,karena saya masih punya impian untuk bertangga rumah. ( berkeluarga )
Tapi saya ingin menyikapi beberapa jawaban teman - teman saya di atas, yang mengatakan akan segera menikah hanya bila sang pacar sudah bekerja, karena mau apa lagi.
Hey! ini pernyataan yang terlalu simpel untuk jaman yang sama sekali tidak ada simpel - simpelnya.
Bukankah yang harus dipikirkan adalah keadaan setelah menikah, apakah gaji yang diterima cukup untuk menghidupi lebih dari satu jiwa, apakah komitmen yang dipunya sudah cukup untuk selalu bersama?
Pernyataan kedua rasanya paling sering saya dengar, lebih memilih pria dengan tampang biasa saja, tapi mapan dan materi berlebih.
Kenapa saya membedakan antara mapan dan materi lebih!, karena menurut saya memang sangat berbeda.
Saya sangat suka dengan pria mapan, karena pria ini bisa berpikir untuk membuat keputusan mana yang baik untuk dia dan orang disekelilingnya, dan mana yang tidak.
'setelah menikah mau dikasih makan apa?' lanjut teman saya. Saya sedikit heran dengan pernyataan ini, memangnya kita para wanita menikah untuk minta makan?!. tapi saya menghargai pendapat hukum alam.
Sebenarnya masih ada tipe lain, yaitu " had an AFFAIR ", tapi entah kenapa saya enggan membahasnya, cukup dirasakan diam - diam saja. :p. Dan pada akhirnya semua kembali pada pendapat masing - masing.
Cheers :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar